SEJARAH kopi di Indonesia dimulai 300 tahun lalu. Kopi Nusantara menyebar ke seluruh dunia dan benihnya terkirim hingga ke Amerika Latin.
Sempat surut karena hama karat daun pada akhir abad ke-19, produksi kopi arabika menggeliat selama satu dekade terakhir. Kedai menjamur dengan menyuguhkan beragam kopi asli Nusantara. Demam “Kopi Gelombang Ketiga” melanda. Orang menikmati kopi tidak hanya dengan menyesapnya, tapi juga mengulik asal-muasalnya, cara pengolahannya, hingga metode seduhnya.
Kopi bukan lagi sekadar minuman, tapi sudah menjadi gaya hidup, hingga produksinya tak lagi cukup mengimbangi permintaan konsumsinya. Kementerian Pertanian mencatat produksi kopi dalam negeri selama beberapa tahun terakhir rata-rata tumbuh 0,93 persen dan pertumbuhan konsumsinya rata-rata 2,43 persen. Angka konsumsi, menurut Gabungan Eksportir Kopi Indonesia, malah lebih tinggi: sekitar 8 persen per tahun, di atas pertumbuhan konsumsi dunia.
Untuk memotret gairah orang terhadap kopi Nusantara, pada Senin 26 Maret 2016, majalah Tempo menulis edisi khusus berbarengan dengan musim panen selama Maret-Mei tahun ini. Kami menuangkan cerita lengkap tentang kopi, mulai dari di kebun, tata niaga, menjamurnya kedai hingga kegemaran orang menyeduh dan menyesap kopi. Sebagian kisah terbaik yang dimuat di edisi itu kami hadirkan di sini, ditambah dengan fitur-fitur khusus yang hanya tersedia secara eksklusif di versi digital.
Agar berwarna, kami mengirim Praga Utama, wartawan di desk ekonomi, berziarah ke dataran Gayo di Aceh serta Sidikalang, Lintong, dan Karo di Sumatera Utara. Ditemani Slamet, Praga merekam penanaman, pengolahan, tata niaga, hingga kultur masyarakat yang lahir dari kopi.
Praga juga mengunjungi Ciwidey, Malabar, dan Pangalengan, sentra kopi Jawa Barat. Kopi Priangan melejit kembali di luar negeri, mengingatkan pada java coffee, 300 tahun lalu.
Untuk memperkaya, kami juga berdiskusi dengan sejumlah praktisi kopi. Selain Prawoto Indarto, yang menulis buku The Road to Java Coffee ; ada Mira Yudhawati dari kedai Caswell’s, yang ikut memelopori perkembangan kopi specialty di Indonesia; dan Yoshua Tanu, pemilik kedai Common Grounds sekaligus juara tiga kali kompetisi barista Indonesia dan semifinalis kejuaraan baracik dunia.
Selamat membaca!
TIM EDISI KHUSUS